Pelibatan Masyarakat
Sub-bab ini mengeksplorasi secara mendalam berbagai inisiatif keterlibatan masyarakat yang dilakukan oleh PT TPL selama tiga dekade terakhir.
Berlawanan dengan tuduhan umum bahwa
perusahaan abai terhadap aspirasi warga, bab ini memperlihatkan bukti kuat keterlibatan publik yang nyata melalui mekanisme komunikasi terbuka seperti Free, Prior and Informed Consent (FPIC), pemetaan partisipatif, serta program Perkebunan Kayu Rakyat (PKR) yang sukses diimplementasikan di berbagai desa.
Baca Juga:
Falcon Pictures Hadirkan Shutter, Remake Horor Legendaris Thailand dengan Sentuhan Lokal
Pendekatan bottom-up dalam PKR memberi ruang bagi komunitas sebagai mitra aktif yang berhak menentukan jenis tanaman dan model kolaborasi, menciptakan psychological ownership, otonomi penuh, serta manfaat ekonomi langsung yang dirasakan masyarakat lokal.
Di sisi lain, penggunaan ICLUP (Integrated
Conservation and Land Use Plan) menunjukkan usaha serius PT TPL dalam menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan konservasi, dengan partisipasi masyarakat dalam mengelola kawasan konservasi berbasis NKT dan SKT yang telah disepakati bersama secara kolektif.
Deforestasi
Sub-bab ini mengurai ulang perdebatan soal deforestasi yang selama ini cenderung direduksi dalam narasi hitam-putih.
Baca Juga:
Film Jepang “Blonde” Angkat Konflik Guru di Tengah Tekanan Sosial dan Budaya
Penulis menelusuri akar historis lahirnya kesadaran lingkungan dari buku Silent Spring karya Rachel Carson dan bagaimana narasi ekologis itu berkembang menjadi agenda global yang dipenuhi visual dramatis, tekanan donor, dan bias kampanye.
Dalam konteks Indonesia, tuduhan deforestasi terhadap PT TPL seringkali tidak didasarkan pada distingsi yang memadai antara hutan primer dan hutan tanaman industri.
Padahal, dalam definisi FAO dan kerangka tata kelola kehutanan nasional, aktivitas panen dan penanaman ulang dalam sistem rotasi seperti yang diterapkan PT TPL tidak tergolong deforestasi, melainkan bagian dari sistem budidaya berkelanjutan.