Penulis menolak penyederhanaan yang menjadikan perusahaan sebagai simbol tunggal kerusakan, dan mengajak pembaca menelaah ulang akar konflik melalui jalur data, regulasi, serta logika pembangunan yang lebih luas.
Dalam kerangka ini, perusahaan bukan hanya obyek gugatan, tetapi juga aktor yang lahir dari sistem kebijakan negara yang lebih besar dan berlapis.
Baca Juga:
Falcon Pictures Hadirkan Shutter, Remake Horor Legendaris Thailand dengan Sentuhan Lokal
Jejak Panjang dan Sejarah PT TPL
Sub-bab ini merekonstruksi sejarah PT Toba Pulp Lestari (TPL) secara rinci dan terukur, dimulai dari era Orde Baru ketika perusahaan lahir sebagai PT Inti Indorayon Utama dalam momentum optimisme pembangunan Indonesia.
Di tengah kebijakan hilirisasi kehutanan yang menegaskan perlunya nilai tambah dan konservasi ekologis, Indorayon tumbuh melalui tahapan kompleks perizinan, memilih eukaliptus sebagai tanaman andalan yang adaptif dan efisien secara ekologis, meskipun kontroversial.
Bab ini juga menantang narasi simplistis yang menyudutkan eukaliptus, dengan merujuk penelitian ilmiah yang membantah sentimen negatif umum terkait konsumsi air dan dampak ekologisnya.
Baca Juga:
Film Jepang “Blonde” Angkat Konflik Guru di Tengah Tekanan Sosial dan Budaya
Transformasi Indorayon menjadi PT TPL pascareformasi menjadi titik balik strategis untuk menjawab resistensi sosial-ekologis, memperkenalkan model bisnis baru yang lebih sensitif terhadap lingkungan, melibatkan masyarakat lokal, serta mengurangi dampak industri terhadap lingkungan.
Sub-bab ini dengan jujur memperlihatkan bahwa sejarah TPL adalah narasi perubahan, penyusutan konsesi, dan transformasi kebijakan yang kerap luput dari perhatian publik.
Penulis mengajak untuk membaca ulang sejarah ini dengan lebih jernih dan seimbang, guna membuka ruang dialog yang lebih konstruktif, di luar narasi konflik yang terlalu emosional dan repetitif.