Di bagian akhir, penulis mengembangkan lima usulan konkret yang sekiranya akan disampaikan dalam forum Martonggo Raja, apabila penulis kelak diikutsertakan.
Dari pemberdayaan pengrajin ulos dan penanaman pohon kemenyan di zona campuran, hingga restorasi mata air, mendorong pendirian SMK Kehutanan, dan penghijauan gunung-gunung sakral di kawasan Toba, semua dirancang sebagai strategi sosial-ekologis jangka panjang.
Baca Juga:
Falcon Pictures Hadirkan Shutter, Remake Horor Legendaris Thailand dengan Sentuhan Lokal
Penulis menyimpulkan bahwa konflik in tidak akan selesai dengan saling meniadakan, melainkan dengan kesediaan semua pihak untuk duduk, mendengar, dan membangun ulang kepercayaan.
Martonggo Raja dihadirkan sebagai cara yang masuk akal untuk kembali menyusun relasi antara adat, industri, dan negara dalam bahasa yang lebih akrab bagi tanah itu sendiri.
*Penulis adalah Anggota Komisi III DPR RI
Baca Juga:
Film Jepang “Blonde” Angkat Konflik Guru di Tengah Tekanan Sosial dan Budaya
[Redaktur: Robert Panggabean]