Ada situs. Ada cerita. Ada penghormatan. Tapi Raja Isombaon? Ia nyaris seperti bayang-bayang yang terlupakan. Tak ada situs. Tak ada batu. Tak ada tanda.
Namun sejarah tidak mudah dikubur. Ia hanya menunggu orang-orang yang mau mencarinya kembali.
Baca Juga:
Bupati Pakpak Bharat Bagi Paket Bansos untuk Anak Yatim dan JKM
Dan pencarian itu ternyata tidak main-main. Ia tidak selesai dalam hitungan bulan. Tapi berjalan pelan, bahkan nyaris tanpa suara, selama puluhan tahun.
Banyak yang menyerah. Lebih banyak lagi yang menganggapnya hanya angan-angan. Tapi beberapa orang tetap berjalan. Tak pakai bendera. Tak minta sorotan. Hanya semangat yang aneh: ingin menebus hilangnya sebuah ingatan.
Lalu datang satu tanggal yang tak akan dilupakan.14 Februari 2010.
Baca Juga:
Lepas Kirab Kenderaan Peringatan Harganas ke-32, Ini Kata Wabup Dairi
Hari itu, almarhum Ir. Hendri Naibaho dan beberapa sahabatnya menemukan sesuatu di Tombak Longo Longo, Sijamburmulatoppa, di lereng timur Pussubuhit. Sesuatu yang selama ini hanya ada dalam harapan.
Bukan sekadar batu. Bukan sekadar tanah. Tapi saksi bisu dari sebuah warisan yang kembali pulang.
Situs itu kemudian dinamai Parhutaan Situs Rumahela. Dan sejak saat itu, nama Raja Isombaon bukan lagi sebatas cerita. Ia punya tempat, punya bukti, punya ruang untuk dikenang.