"Saya akan tetap berjuang hingga ajal menjemput saya. Sekali berjuang, tetap berjuang. Apapun yang terjadi saya tidak akan membiarkan tanah saya jatuh ke tangan pertambangan. Berpuluh tahun saya hidup di Desa Bonian ini dan membesarkan anak-anak saya hingga sukses di perantauan. Semua ini berkat tanah dan hasil pertanian,” kata Sudur.
Saudur dengan kondisi tubuh yang sudah kurang sehat, kadang sering melamun dan bertanya dalam dirinya, mengapa orang-orang yang ada di desanya bahkan kepala desa berpihak ke perusahaan. Bahkan dengan mudah melepas tanah peninggalan leluhur mereka.
Baca Juga:
Meriah! Pawai Takbiran dan Lomba Tabuh Bedug Pemkab Dairi Jadi Perhatian Warga
Padahal, jika perusahaan beroperasi, maka sumber air mereka juga akan terancam. Karena menurut yang Saudur pahami, pertambangan sangat rakus dengan air.
Berharap Pada Tuhan
Dalam hidup yang Saudur jalani, dia hanya percaya pada suatu hal, bahwa Allah Tuhan yang ia sembah dan percayai dalam hidupnya, tidak akan membiarkannya menderita.
Baca Juga:
Lebaran Idulfitri 1446 H, PLN Jawa Barat Sukses Jaga Pasokan Listrik Andal
Ujian atau cobaan yang ia hadapi tidak akan melampaui kekuatannya. Sebab jika Yesus bersama kita, siapa dapat melawan.
Prinsip itu yang ia pakai untuk tetap semangat berjuang. Terlebih apa yang ia perjuangkan adalah demi kebaikan generasi yang akan datang.
Saudur memiliki visi bahwa ia tidak akan mewariskan air mata, namun ia berharap yang akan diwariskan adalah mata air kehidupan.