Bendungan itu akan dibangun tepat di belakang gereja HKBP Sikkem yang ada di Sopokomil. Padahal tanah tersebut merupakan tanah bekas abu vulkanik hasil dari letusan gunung Toba, sehingga tanah itu tidak kokoh.
Bendungan itu juga berada di hulu desa. Dengan kondisi Dairi yang rawan gempa dan curah hujan yang tinggi, tentu itu menjadi sumber kekhawatiran masyarakat, terkusus Saudur sendiri.
Baca Juga:
Meriah! Pawai Takbiran dan Lomba Tabuh Bedug Pemkab Dairi Jadi Perhatian Warga
Menjaga Tanah Peninggalan
Harta paling berharga adalah ketika tanah yang diwariskan dapat dijaga dan dilestarikan hingga tetap mampu menghidupi generasi ke generasi.
Saudur bersama perwakilan masyarakat dari desa lainnya, yang merupakan kawasan terdampak nantinya oleh aktivitas perusahaan, mulai menyuarakan kegelisahannya ke pemerintah.
Baca Juga:
Lebaran Idulfitri 1446 H, PLN Jawa Barat Sukses Jaga Pasokan Listrik Andal
Hal itu dilakukan melalui audiensi kepada para pemimpin, pengambil kebijakan, bahkan sampai mengumpulkan petisi penolakan kehadiran perusahaan di kampung mereka.
Namun, sampai saat ini, aspirasi mereka belum ditanggapi serius oleh pemerintah. Mereka belum puas dengan jawaban dan kata-kata manis yang diucapkan oleh pemerintah kepada mereka.
Saudur bersama teman seperjuangannya tak kenal letih. Mereka tetap berjuang untuk menyuarakan penolakan mereka dengan melakukan konferensi pers, audiensi ke instansi, yang dianggap dapat membantu untuk tetap mempertahankan tanah yang mereka miliki.