Saudur bahagia menjadi seorang petani. Baginya, bertani adalah pekerjaan mulia. Menurut Saudur, karena saat bertanilah kita memanfaatkan tanah pemberian Tuhan untuk menghasilkan panen, untuk keberlangsungan hidup manusia.
Tanah itu adalah bagian dari diri kita, sehingga harus dijaga dan dirawat seperti kita menjaga dan melindungi diri kita dari ancaman ataupun bahaya.
Baca Juga:
Meriah! Pawai Takbiran dan Lomba Tabuh Bedug Pemkab Dairi Jadi Perhatian Warga
Pergumulan dalam Pertanian
Resah dan gelisah, menjadi sesuatu hal yang membuat Saudur tidak tenang lagi tinggal di kampungnya.
Sejak tahun 1998 telah hadir sebuah perusahaan besar yang akan menambang di Kecamatan Silima Punggapungga.
Baca Juga:
Lebaran Idulfitri 1446 H, PLN Jawa Barat Sukses Jaga Pasokan Listrik Andal
Saat kedatangan pertambangan yang awalnya milik Australia itu, masyarakat dan Saudur sendiri tidak terlalu peduli, karena belum mengetahui apa dan seperti apa pertambangan yang akan hadir di desa mereka itu.
Hingga, berdasarkan pemaparan Saudur, di tahun 2009 dia mengenal sebuah lembaga yang bergerak di bidang diakonia dan saat itu ada sebuah komunitas yang dibentuk yaitu organisasi perempuan.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai bertanya-tanya apa dan seperti apa pertambangan yang akan hadir di tempat mereka itu.