Di eskalator itu seorang ibu menahan isaknya, seorang ayah menghela nafas panjang mencoba menyembunyikan kepedihan dibalik ketegarannya.
Dari kampung mereka datang berbondong-bondong bukan untuk berlibur, bukan sekedar melepas rindu, melainkan untuk mengantarkan anak-anak mereka ke dunia baru, dunia yang diyakini akan membawa perubahan.
Baca Juga:
Denda Rp2,2 Miliar dan Penjara Menanti jika Abaikan Orang Tua di Arab Saudi
Eskalator itu menjadi garis batas antara masa lalu dan masa depan antara Kampung halaman yang penuh kehangatan dan kota besar yang menanti dengan segala ketidakpastian.
Dan di eskalator itulah sebuah perjalanan dimulai. Perjalanan yang penuh harapan, doa dan pengorbanan yang tak terhitung.
Usaha yang tak pernah putus, tentu menghasilkan hasil yang terbaik. Begitulah orang Batak memberangkatkan anak-anaknya sekolah.
Baca Juga:
Turki Tolak Evakuasi Gaza ke Indonesia, Ada Apa dengan Rencana Prabowo?
"Profesor Rhenald Kasali, narasi saya ini melengkapi narasimu kepada masyarakat Indonesia dimanapun berada," ujar Hinca.
Hinca pun mengajak semua orang tua, sahabat, menyatukan energi apapun yang dipunya, menyekolahkan anak.
"Sekolahkanlah anakmu, karena pendidikan adalah segalanya. Agar anak-anak kita, tetap ada, tetap eksis, tetap punya masa depan, tentu diiringi semangat dan doa," tutup Hinca.