DAIRI.WAHANANEWS.CO, Sidikalang - My Lai di Provinsi Quang Ngai menjadi saksi bisu salah satu kebrutalan pasukan Amerika Serikat (AS) terhadap warga sipil tak berdosa selama Perang Vietnam.
Pada 16 Maret 1968, sepasukan tentara AS membantai sebagian besar warga sipil tak bersenjata di dusun My Lai, termasuk perempuan, anak-anak, dan orang tua.
Baca Juga:
Kebaya Nusantara Go International, Melenggang Anggun di Toronto Kanada
Dilansir dari Kompas.com, Sabtu (1/3/2025) yang melansir History, lebih dari 500 orang menjadi korban kebrutalan pasukan AS dalam pembantaian My Lai.
Bahkan, beberapa gadis-gadis muda maupun wanita desa diperkosa sebelum dibunuh dan dimutilasi.
Mulanya, satu peleton pasukan AS dari Kompi Charlie menerima kabar bahwa gerilyawan Viet Cong berlindung di Desa Son My di Provinsi Quang Ngai.
Baca Juga:
Tak Setengah-Setengah, Erick Thohir Pastikan Semua BUMN Masuk Danantara
Peleton tersebut lantas memasuki salah satu dari empat dusun di Desa Son My, yakni My Lai, untuk mencari gerilyawan Viet Cong pada 16 Maret 1968.
Alih-alih menemukan para gerilyawan, mereka justru menemukan penduduk desa yang tidak bersenjata, kebanyakan dari mereka adalah wanita, anak-anak, dan pria tua.
Sebelum menyisir My Lai, para tentara AS tersebut rupanya sudah diberitahu bahwa semua orang yang dapat ditemukan di My Lai dapat dianggap sebagai Viet Cong atau simpatisan Viet Cong aktif.