"Kalau minum tuak sebelum nyetir, mungkin akan oleng. Kapal oleng kapten," ujar Agus sedikit bercanda.
Akibat pengaruh alkohol pada pengendara, memungkinkan kendaraan akan dikemudikan oleng. Jalan tidak lurus, tikungan dilihat lurus yang sudah jelas memancing kecelakaan, bahkan ada yang bablas masuk jurang. Juga kebiasaan supir truk membawa muatan berlebih.
Baca Juga:
Gandeng Perusahaan Australia, PLN Perkuat Pengembangan Listrik Hijau
"Jadi, dari empat penyebab kecelakaan, hanya satu kuncinya yaitu kita. Itulah nantinya yang menjadi budaya, kalau kita tanamkan mulai sekarang adanya tanggung jawab dari kita untuk bisa mencegah itu semua," ujar Agus.
Dalam kesempatan tersebut Agus Bahari juga menyoroti angkutan umum yang membawa penumpang diatas angkutan, truk yang over load dan penggunaan helm bagi pengendara roda dua dan ketaatan pada rambu lalulintas seperti menerobos lampu merah.
Agus Bahari meminta supir angkutan agar menghentikan kebiasaan membawa penumpang diatas dan setiap pengendara roda dua untuk selalu menggunakan helm dan iringan mobil truk yang tidak terlalu panjang.
Baca Juga:
Gandeng Perusahaan Australia, PLN Perkuat Pengembangan Listrik Hijau
"Jadi saya berharap, ini adalah peluang untuk kesempatan kita, memulai dari kita, memulai dari Dairi. Yang ingin saya sampaikan adalah, walaupun Dairi ini adalah kecil bila dibandingkan wilayah Indonesia, namun bila dari yang kecil om kita berjuang untuk Indonesia, saya yakin kita bisa," kata Agus.
Sesi selanjutnya, Hinca Panjaitan mengundang Ketua Komunitas Rumah Hela yaitu Diego Albertus Naibaho untuk maju ke depan. Rumah Hela adalah salah satu Ormas yang perduli akan keselamatan berlalulintas yang terbentuk atas gagasan Hinca IP Panjaitan, Anggota DPR-RI yang duduk di Komisi III.
Hinca menanyakan hal apa yang mendasari komunitas Rumah Hela yang dipimpin Diego tertarik mengajak para supir dijalan raya untuk mengembangkan budaya yang disebut Budayaku Mengawasi ku.