Di dinding lobi utama Menara A menghadap area pintu masuk, Teguh menempatkan lima instalasi perunggu berbentuk kain-kain ulos, yang seolah terbang melayang di udara.  						
					
						
						
							Satu karya seni instalasi lain dipajang dan ditempatkan di area taman dekat lobi Anggoni, juga terinspirasi dari kain ulos. 						
					
						
							
								
								
									Baca Juga:
									KUHP Baru Akan Berlaku Januari 2026, Ini Konsekuensi yang Harus Dipahami
								
								
									
										
	
									
								
							
						
						
							Menurut Teguh, ulos merepresentasikan secara tepat filosofi masyarakat Batak yang hangat dan memuliakan para tamu. 						
					
						
						
							”Sepanjang hidup saya kerap berhubungan dengan orang-orang dari suku Batak. Mereka yang saya tahu punya hati lembut walau ucapannya sering terdengar kasar." 						
					
						
						
							"Mereka juga selalu berupaya merangkul orang dari suku lain, yang disimbolkan lewat prosesi pengulosan. Makanya saya lantas membuat patung yang menyimbolkan pelukan ulos,” ujar Teguh. 						
					
						
							
								
								
									Baca Juga:
									Dukung Kebijakan Baru Uji KIR, Ono Surono Nilai Bengkel Resmi Punya Kapasitas Teknis Memadai
								
								
									
	
								
							
						
						
							Karya instalasi lain yang dibuat Teguh berbentuk lima kain ulos, yang dibuat dari bahan perunggu.  						
					
						
						
							Kelima karya instalasi berbentuk lima kain ulos yang berkibar seolah diterbangkan angin itu dipajang di dinding lobi utama Menara A. 						
					
						
						
							”Angka lima itu adalah angka yang sakral. Ada pula yang menyebut karya saya itu melambangkan kelima sila dasar negara kita, Pancasila,” ujar Teguh.