"Tangannya begitu lincah memilah lalu menyusun tiga lembar daun sirih lengkap dengan hapur, pinang dan pelengkapnya. Kami mardemban bersama. Gurih dan enak sekali napuran buatannya. Aku berhutang kebaikan dan etika sama dia: napuran sian pinompar ni par habinsaran !" lanjutnya.
“Mauliate da hasian ni da oppung”, kata Hinca kepada Haryanto, sambil membetulkan parhundulan di lage lage tiar sederhana, khas anak kost.
Baca Juga:
Lahan Sawit Ilegal 3,5 Juta Hektare, DPR Siapkan Solusi Pemutihan
Ada kipas angin. Juga bacaan batak na jolo hian. Ada anggir. ada hamizjzon. Dan tentu ada hati dan pusu pusu yang riang lagi gembira sian bagasan roha.
"Tak terasa, hampir dua jam kami marnonang, aku harus pamit melanjutkan tugas konstitusionalku sebagai anggota Komisi III DPR RI menuju Binjai, dan dia juga harus mudik ke kampung halamannya “Tano Jawa” karena sudah datang pollung ni dainangnya, juga agar tak terlalu malam dijalan sampai tu huta sang anak kost ini," sebut Hinca.
“Ini mandar rumahela, silua ku dan par Rumahela untuk mu dan keluarga, bernuansa tiga warna tak kalah hebat dari disain terkenal burberry kusampaikan padanya bersama selembar demban tiar, sambil kututup dengan kalimat pendek, “Torushon jala burjuhon damang ma da parsingkolaan mu di Sastra Batak USU," tulis Hinca.
Baca Juga:
IKN Diserbu Wisatawan Saat Lebaran, Benarkah Lebih Cocok Jadi Destinasi Wisata?
“Dao ma angka abat-abat. Dao ma angka sahit pellut mago sotarboto. Ro ma nauli ro ma nadenggan. Jumpang naniluluan dapot najinalahan, lalu kami bersalaman berpisah sesaat untuk bertemu kembali ditikki namangihut," tutup Hinca.
[Redaktur : Robert Panggabean]