DAIRI.WAHANANEWS.CO, Medan -Anggota Komisi III DPR RI Hinca Panjaitan bertemu dengan Haryanto Napitupulu, pemuda yang menurut Hinca adalah "penjaga" budaya Batak, di Medan, Jumat (29/3/2025).
Pertemuan itu diunggah Hinca melalui akun facebooknya. Dilihat WahanaNews.co, Minggu (30/3/2025), berikut unggahan dimaksud.
Baca Juga:
Lahan Sawit Ilegal 3,5 Juta Hektare, DPR Siapkan Solusi Pemutihan
"Aku teruskan postingan fb Haryanto Napitupulu ini ke teman teman semua. Di statusnya dikasihnya musik sederhana bercirikan khas Batak mengiringi foto kami berdua. Jadilah sangat menyentuh. Penuh makna dan doa harapan," ujar Hinca mengawali.
Hinca menyebut, tahun 1983, ia juga anak kost. Sempat mulai belajar "Habatakhon" di Pusat Dokumentasi Kebudayaan Batak di Universitas HKBP Nommensen. Terbata-bata dan sangat terbatas, karena hanya membaca, tak ada teman diskusi.
"42 tahun kemudian, tahun 2025, tepatnya Jumat tanggal 29 maret, aku berkunjung ke kostnya, seorang anak muda Batak yang sederhana tapi berenergi "Habatakhon" yang khas," sebutnya.
Baca Juga:
IKN Diserbu Wisatawan Saat Lebaran, Benarkah Lebih Cocok Jadi Destinasi Wisata?
"Sebaliknya waktu aku kost, aku tak paham apa-apa tentang 'Habatakhon', bahasa Batak pun aku tak bisa. Karena aku lahir di Asahan, tinggal di kebun. Lebih fasih bahasa Jawa dan Melayu. Sering aku disebut “Batak dalle”. Aku terima apa adanya. Alai, na jolo hian do i da (Tapi, itu dulu ya)," lanjutnya.
Hinca menyebut, dalam pertemuan dengan Haryanto, mereka bertukartambah ide dan pemikiran juga beragam informasi. Dua jam lebih. Hening dan homi. Tentu pertemuan itu tidak biasa-biasa saja, tapi sebaliknya luar biasa. Dia (Haryanto) salah satu anak muda Batak yang sungguh bertalenta !
“Bahen jo napuran ku anggia, asa ta mulai nonang-nonang nta”, kata ku meminta. Ia kaget, mungkin tak menduga. Apa benar pejabat negara politisi Senayan ini mau marnapuran? Tapi, secepat kilat ia siapkan dengan sigap," cerita Hinca.
"Tangannya begitu lincah memilah lalu menyusun tiga lembar daun sirih lengkap dengan hapur, pinang dan pelengkapnya. Kami mardemban bersama. Gurih dan enak sekali napuran buatannya. Aku berhutang kebaikan dan etika sama dia: napuran sian pinompar ni par habinsaran !" lanjutnya.
“Mauliate da hasian ni da oppung”, kata Hinca kepada Haryanto, sambil membetulkan parhundulan di lage lage tiar sederhana, khas anak kost.
Ada kipas angin. Juga bacaan batak na jolo hian. Ada anggir. ada hamizjzon. Dan tentu ada hati dan pusu pusu yang riang lagi gembira sian bagasan roha.
"Tak terasa, hampir dua jam kami marnonang, aku harus pamit melanjutkan tugas konstitusionalku sebagai anggota Komisi III DPR RI menuju Binjai, dan dia juga harus mudik ke kampung halamannya “Tano Jawa” karena sudah datang pollung ni dainangnya, juga agar tak terlalu malam dijalan sampai tu huta sang anak kost ini," sebut Hinca.
“Ini mandar rumahela, silua ku dan par Rumahela untuk mu dan keluarga, bernuansa tiga warna tak kalah hebat dari disain terkenal burberry kusampaikan padanya bersama selembar demban tiar, sambil kututup dengan kalimat pendek, “Torushon jala burjuhon damang ma da parsingkolaan mu di Sastra Batak USU," tulis Hinca.
“Dao ma angka abat-abat. Dao ma angka sahit pellut mago sotarboto. Ro ma nauli ro ma nadenggan. Jumpang naniluluan dapot najinalahan, lalu kami bersalaman berpisah sesaat untuk bertemu kembali ditikki namangihut," tutup Hinca.
[Redaktur : Robert Panggabean]