Sumpah pemuda yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober, menunjukkan bahwa peran pemuda begitu besar bagi kemajuan negara kita Indonesia.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022, sebanyak 68,82 juta jiwa penduduk Indonesia masuk kategori pemuda.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Maka dapat dikatakan bahwa jumlah pemuda yang banyak tentu diharapkan dapat membawa kemajuan bagi bangsa ini.
Negara Indonesia juga merupakan negara demokrasi, dimana pemuda merupakan subjek dari pemerintahan. Tidak seperti negara komunis atau monarki yang otoriter yang kebanyakan menempatkan pemuda sebagai objek pemerintahan.
Pemuda yang ditempatkan sebagai subjek dari pemerintahan, maka jika pemuda ikut hadir dan berpartisipasi dalam pemerintahan, maka kualitas demokrasi suatu negara semakin baik.
Baca Juga:
Polsek Bagan Sinembah Gelar Kegiatan Launching Gugus Tugas Polri dan Ketapang.
Dapat disimpulkan, bahwa partisipasi pemuda merupakan salah satu kunci dari kualitas demokrasi.
Pesta demokrasi atau pemilu sudah digelar sejak tahun 1955, dimana dinamika politik Indonesia semakin menggila ketika mantan Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada tanggal 21 Mei 1998.
Konsep negara demokrasi selalu didasari oleh keberadaan pemilu sebagai jalan tercapainya kekuasaan politik. Posisi pemuda menjadi terasa semakin penting dan betapa strategisnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ketika kita mengingat apa yang pernah diucapkan oleh pendiri Republik Indonesia, Ir. Soekarno mengatakan “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia”.
Demikianlah, pentingnya peran pemuda termasuk dalam hal ini pemilu. Penyelenggaraan pemilu diharapkan menjadi bagian dari proses pencarian pemimpin yang mampu membawa Indonesia lebih baik kedepannya.
Pemilu tidak dapat diselenggarakan dengan asas Luber dan Jurdil jika tidak dilakukan pengawalan dan pengawasan. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) tidak dapat bekerja sendiri untuk melakukan pengawalan dan pengawasan pelaksanaan pemilu.
Kontribusi pemuda sangatlah penting dalam menyongsong pesta demokrasi yang sudah didepan mata. Karena pemilu juga sarat akan isu-isu kecurangan, seperti yang pernah terjadi di pemilu tahun-tahun sebelumnya. Maka, agar tidak terjadi kecurangan, pemuda perlu turut aktif membantu mengawasi dan melaporkan jika ada kecurangan-kecurangan yang terjadi.
Namun yang menjadi tantangan saat ini juga, generasi muda saat ini belum sepenuhnya peduli akan makna pemilu, sehingga masih banyak pemuda yang acuh terhadap politik bahkan acuh untuk memilih saat pesta demokrasi berlangsung.
Kebanyakan generasi muda menganggap politik adalah sesuatu yang kotor dan mengerikan.
Hal ini tentu bukan tanpa alasan, mengingat beberapa politikus, wakil rakyat yang mempertontonkan hal-hal yang tidak baik, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, tidak peduli akan pembangunan daerahnya, baik pembangunan manusia maupun infrasturktur, dan penyalahgunaan wewenang.
Apalagi pemilu tahun 2024 diprediksi akan lebih banyak tantangannya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, karena ada tiga kegiatan pemilu yang akan dilaksanankan, yaitu pemilu presiden, pemilihan anggota legislatif dan pemilihan kepala daerah, dan kegiatan pemilu ini pasti akan banyak disisipi oleh berita atau isu-isu negatif calon-calon pemimpin yang cukup cepat menyebar di internet dan media sosial.
Berita dan isu tersebut yang akan menjadi pertimbangan juga bagi kalangan pemuda untuk ikut aktif terlibat dalam pemilu. Karena pemuda lah yang paling banyak aktif mengikuti perkembangan di internet.
Maka dari itu, perlu ada kesadaran dari para pemuda untuk memulai semua itu dari diri sendiri, dengan ikut memilih tanpa didasari oleh paksaan, ancaman atau provokasi pihak tertentu.
Para pemuda harus mampu mengenali setiap calon-calon pemimpin yang akan dipilihnya, sehingga tanpa diberikan imbalan pun, para pemuda dapat menetukan pilihannya dengan independen.
Pemuda juga seharusnya aktif dalam mengawal suara rakyat, sehingga tidak ada penyelewangan suara. Sehingga pemimpin yang dipilih adalah benar-benar suara rakyat.
Perlu dipahami juga bahwa memilih bukan hanya untuk menggugurkan kewajiban kita sebagai pemilih tetapi pemilu merupakan awal dari perbaikan sosial dan ekonomi, serta mengangkat citra bangsa Indonesia di mata dunia.
Jika generasi muda saat ini sudah mengawali pemilu dengan bersih, membantu pemerintah mengawasi dari kegiatan pemilu dari praktik-praktik kecurangan, maka pemimpin yang dipilih pasti akan sungguh-sungguh memperbaiki dan memajukan bangsa ini. [gbe]
*Penulis berprofesi sebagai freelance analis data