“Aku udah targetin, setiap mata kuliah itu aku at least nanya satu atau jawab satu. Kalau memang bisa lebih lebih bagus, tapi at least satu,” jawabnya.
Menurutnya dosen di Amerika Serikat sudah seperti teman sendiri. Jika ada pertanyaan, boleh langsung mengirim e-mail atau datang ke kantornya di saat jam kerja.
Baca Juga:
Densus 88 Ungkap Pelaku Ledakan SMAN 72 Bawa 7 Peledak, 4 Meledak di Dua Lokasi
Seperti saat kuliah di Universitas Sriwijiaya dulu, Obin kembali aktif di kampus. Ia menjadi salah satu tim pemasaran untuk PERMIAS (Perkumpulan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat) dan mendirikan International Student Caucus di kampus bersama teman-temannya.
Cita-cita Obin untuk lulus S2 pun tercapai di tahun 2018. Impian lainnya? Mendatangkan Bapak dan Mamak ke Amerika untuk wisudanya, dengan hasil tabungannya selama ini.
“Akhirnya tercapailah mimpi aku itu. Aku bilang harus berdua, karena waktu S1 kan cuman (Mamak). Jadi kalau kali ini harus berdua,” paparnya.
Baca Juga:
Tak Terima Dituduh Rugikan Negara Rp1,2 T, Mantan Dirut ASDP: Tak Ada Bukti Korupsi
Lulus dari Columbia University, Obin kini bekerja di lembaga nirlaba, Queens Community House di New York, sebagai Counseling Specialist.
Pencapaian Obin selama ini kembali lagi kepada pedoman hidupnya. “Be honest. Be brave. Be willing.” Jujur. Berani. Mau berjuang.
“Kita harus jujur sama diri kita sendiri, let’s say kalau ada sesuatu yang memang kita enggak sanggup, ya bilang enggak sanggup. Dan kita jujur sama diri kita sendiri. Kita itu orangnya gimana? Karena jujur sama diri sendiri itu penting. Ketika kita jujur dengan diri kita sendiri, kita tahu apa yang harus kita lakukan. Kemudian kita harus berani. Berani untuk melangkah. Untuk take risk. Jadi harus ada yang dikorbankan,” ujarnya.