Selagi duduk di bangku SMP di Medan, ia juga sempat tinggal bersama adik-adiknya yang masih SD. Belajar, memasak, dan mencuci baju menjadi tugas hariannya, hingga akhirnya orang tua Obin memutuskan untuk memindahkan adik-adiknya ke tempat kakaknya di pulau Jawa.
Mengikuti pesan bapak dan mamak, begitulah Obin memanggil orang tuanya, ia selalu semangat untuk belajar hingga menjadi juara.
Baca Juga:
Densus 88 Ungkap Pelaku Ledakan SMAN 72 Bawa 7 Peledak, 4 Meledak di Dua Lokasi
Saat kelas 3 SMA, bapak dan mamak berpesan kepadanya. “Kalo kamu enggak masuk negeri kuliahnya, kita enggak sanggup biayain. Jadi kamu harus masuk negeri. Kalau enggak ya belajar lagi setahun lagi,” kenangnya.
Pesan itu menjadi semangat baru baginya untuk berjuang masuk ke universitas negeri. Ia mengikuti ujian SMBPTN dan mendaftar ke Universitas Padjadjaran, Bandung dan Universitas Sriwijaya, Palembang.
Awalnya, ia mengira akan berakhir kuliah di Bandung. Namun, akhirnya ia diterima di Universitas Sriwijaya di Palembang, jurusan Fisika, jurusan yang bukan ia inginkan.
Baca Juga:
Tak Terima Dituduh Rugikan Negara Rp1,2 T, Mantan Dirut ASDP: Tak Ada Bukti Korupsi
“Menurut aku pribadi bukan masalah apa pun jurusannya, tapi pola pikirnya, mindset kita itu gimana ketika kita kuliah, jauh dari orang tua juga. Jadi OK ambil ajalah, yang pasti masuk perguruan tinggi negeri, orang tua sanggup membayar,” katanya.
Namun, saat sudah diterima, Obin kembali dihadapi kendala biaya. Orang tua Obin mengatakan tidak ada biaya dan menganjurkannya untuk mencoba lagi tahun depan.
Mengingat banyak anak-anak Indonesia yang bercita-cita masuk ke perguruan tinggi negeri tetapi tidak lolos, Obin menganggap ini merupakan kesempatan berharga baginya.
