Pertama, menolak tambang PT DPM karena sesuai laporan ombudsman bank dunia, bendungan limbah DPM akan runtuh karena berada di atas tanah yang tidak stabil.
Menolak tambang PT DPM berada di Dairi, rawan longsor, banjir dan gempa dengan resiko tertinggi di dunia.
Baca Juga:
Menko PMK Resmikan Babak Baru Pesantren: Struktur Ditjen dan Program Prioritas Disiapkan
Warga Dairi menolak segaka bentuk pengrusakan lingkungan, sumber air dan sungai di sekitar tambang PT DPM.
Menolak segala bentuk pengrusakan lahan pertanian sebagai mata pencaharian warga di sekitar tambang PT DPM dari generasi ke generasi.
Menolak tambang PT DPM karena menghimpit rumah dan kahan pertanian warga di sekitar tambang. Juga, mengancam keselamatan ratusan ribu warga di sekitar tambang.
Baca Juga:
UNRWA Krisis Pendanaan, Ratusan Ribu Anak Palestina Terancam Kehilangan Layanan
Kemudian, menolak segala bentuk ancaman dan pemaksaan atas pembangunan tambang oleh PT DPM dan Pemkab Dairi.
Terakhir, menolak kebijakan daerah atas alih fungsi lahan pertanian untuk kepentingan tambang PT DPM.
Hingga berita ini diturunkan, pengunjukrasa yang didominasi kaum ibu dan lansia itu, masih bertahan di lokasi unjukrasa. [gbe]