WahanaNews-Dairi | Puluhan warga yang menolak kehadiran tambang PT Dairi Prima Mineral (DPM), berunjukrasa di depan kantor Bupati Dairi, Sumatera Utara, Rabu (24/8/2022), pagi.
Puluhan warga itu berasal dari Kecamatan Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu dan Lae Parira. Mereka tiba di lokasi sekitar pukul 09.00 Wib.
Baca Juga:
Aksi AKP Dadang Guncang Solok Selatan, Hujani Rumah Dinas Kapolres dengan Tembakan
Kesal karena Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu tidak kunjung muncul menemui mereka setelah beberapa waktu orasi, pengunjukrasa pun mendudukkan patung bergambar Eddy di sebuah sofa. Mereka lalu bicara ke patung itu.
Seorang warga, Antoni Sihombing, mencurahkan isi hatinya ke patung itu. Ia kesal, Eddy tidak mau hadir mendengar langsung curahan hati rakyat, yang notabene berjuang memenangkannya sebagai Bupati Dairi.
Sementara saat kampanye pencalonan sebagai bupati, Eddy datang menemui semua elemen masyarakat, hingga ke pelosok.
Baca Juga:
OTT KPK Bengkulu, Calon Gubernur Petahana Dibawa dengan 3 Mobil
"Semua Desa Lumbantoruan menyalami pak bupati. Tidak kenal lelah dia. Mulai siang sampai sore panas-panas mau dia terus jalan kaki rumah ke rumah diketok dia pintunya," katanya.
Warga berunjukrasa menolak kehadiran PT DPM di depan kantor Bupati Dairi, Rabu (24/8/2022) [Foto: WahanaNews/Robert Panggabean]
"Tolong saya pak, tolong saya bu, didokkon bupati on ma tu au (kata bupati ini pada saya). Saonari, dung adong keluhan ni masyarakat, aha ma na ro tu hami pak bupati (Sekarang, setelah ada keluhan masyarakat, apa yang datang pada kami pak bupati). Mana buktinya pak bupati. Mana janjimu," lanjut Antoni.
"Kenapa waktu mencalonkan pak bupati ini semua desa yang ada di Kabupaten Dairi ini semua dijalani. Tidak kenal lelah dia. Sampai hujan-hujan pun ditahan-tahannya berkampanye. Kita tidak ada dikasih apa-apa. Kita mendukung habis. Katanya perubahan, mana perubahannya. Perubahan untuk hancurnya pak bupati. Perubahan untuk sepihak," imbuh Antoni lagi.
Antoni yang berbicara di depan patung Bupati Dairi itu pun menyindir tidak adanya respon apapun.
"Bupati ini mulai tadi aku ngomong nggak mau dengar dia. Apa ini pendiam orangnya. Kampanye nggak pendiam dia. Sekarang aja dia pendiam. Kami himbau kepada bupati janganlah jadi pendiam pak. Isi hati kami mau kami sampaikan. Mana hati nurani mu pak bupati," ujarnya.
Sebelumnya, warga lain, Saudur boru Sitorus bergelar Oppung Gideon menyampaikan harapannya, agar Bupati Dairi mau mendengar langsung aspirasi mereka.
"Marpangidoan hami amang bupati asa ro majo nian bapak adop bohi hita di son makkatai. Unang ditikki lao jongjong bapak sandok porlu suara nami di hamu (Kami minta bapak bupati agar bertatap muka dengan kami. Jangan di saat mau menjadi bupati, suara kami sangat diperlukan)," katanya.
Warga berunjukrasa menolak kehadiran PT DPM di depan kantor Bupati Dairi, Rabu (24/8/2022) [Foto: WahanaNews/Robert Panggabean]
"Songon dia do pandapot ni bapak taringot tu haroroni PT DPM. Massai sega do DPM on anggo tu pertanian nami. Alana hami dang hea mangan sian pertambangan. Mangan sian hasil pertanian nami do (Bagaimana pendapat bapak terkait kehadiran PT DPM. Sangat merusak DPM bagi pertanian. Kami tidak pernah makan dari pertambangan. Makan dari hasil pertanian nya kami)," lanjut Oppung Gideon.
Sekitar pukul 12.00 Wib, pengunjukrasa pun membacakan 8 butir pernyataan sikap, di depan patung Bupati Dairi.
Pertama, menolak tambang PT DPM karena sesuai laporan ombudsman bank dunia, bendungan limbah DPM akan runtuh karena berada di atas tanah yang tidak stabil.
Menolak tambang PT DPM berada di Dairi, rawan longsor, banjir dan gempa dengan resiko tertinggi di dunia.
Warga Dairi menolak segaka bentuk pengrusakan lingkungan, sumber air dan sungai di sekitar tambang PT DPM.
Menolak segala bentuk pengrusakan lahan pertanian sebagai mata pencaharian warga di sekitar tambang PT DPM dari generasi ke generasi.
Menolak tambang PT DPM karena menghimpit rumah dan kahan pertanian warga di sekitar tambang. Juga, mengancam keselamatan ratusan ribu warga di sekitar tambang.
Kemudian, menolak segala bentuk ancaman dan pemaksaan atas pembangunan tambang oleh PT DPM dan Pemkab Dairi.
Terakhir, menolak kebijakan daerah atas alih fungsi lahan pertanian untuk kepentingan tambang PT DPM.
Hingga berita ini diturunkan, pengunjukrasa yang didominasi kaum ibu dan lansia itu, masih bertahan di lokasi unjukrasa. [gbe]