WahanaNews-Dairi | Aliansi Non Governmental Organisation (NGO) Petrasa, YDPK dan Pesada bersama beberapa komunitas masyarakat Dairi, Sumatera Utara, menggelar konsolidasi merefleksikan kondisi lingkungan di Dairi, Rabu (26/1/2022) di sekretariat Petrasa.
Kepala Divisi Advokasi Petrasa, Duad Sihombing dalam keterangan pers diterima WahanaNews menyebut, unsur masyarakat yang hadir dalam pertemuan itu, komunitas petani Sileu-leu Parsaoran dan masyarakat sekitar areal konsesi tambang PT Dairi Prima Mineral (PT DPM).
Baca Juga:
Kemen PPPA Tegaskan Komitmen Lindungi Korban Kekerasan Seksual dengan Regulasi dan Layanan Terpadu
Turut hadir, Praeses HKBP Pdt Sampur Manullang, Pendeta Resort GKPS Maruli Tua, aktivis perempuan dan pemerhati lingkungan Jenny Solin serta unsur mahasiswa dari GMNI dan GMKI.
Pada acara itu, Ridwan Samosir, Sekretaris Eksekutif Petrasa menyatakan, perubahan lingkungan saat ini sudah sangat menghawatirkan.
Beberapa kejadian yang paling dekat adalah hujan es yang terjadi di Sumbul, sampai menurunkan 40 % hasil panen masyarakat.
Baca Juga:
Datangi Polres Malang Kota, Puluhan Kyai dan Ulama Suarakan Netralitas APH
Jelas, yang paling menerima dampak perubahan lingkungan adalah petani. Walau di sisi lain, sektor pertanian juga menyumbang pemanasan global 20 % akibat pemakaian pupuk kimia yang berlebihan, pembakaran lahan dan juga peternakan.
Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut dalam forum COP. Forum itu menyepakati penekanan suhu bumi dibawah 1.5 derajat.
Karena jika suhu bumi naik diatas 2 derajat, maka bencana akan terjadi. Longsor, banjir dan lain-lain yang akan mengakibatkan kemiskinan.