Namun perjanjian itu belum semua negara termasuk Indonesia melakukannya secara konsisten.
Petani didorong menjaga lingkungan, menanam pohon. Namun penguasa dan pemodal justru merusak lingkungan dengan berbagai kebijakan yang mempermudah mereka mengeruk perut bumi, merusak lingkungan dan menebang pohon.
Baca Juga:
Kenang Ryanto Ulil, Brigjen TNI Elphis Rudy: Saya yang Antar Dia Jadi Polisi, Kini Antar ke Peristirahatan Terakhir
Direktur YDPK Santun Sinaga menambahkan, tantangan petani saat ini, iklim yang tidak lagi bersahabat, ketergantungan kepada pupuk kimia, klaim sepihak oleh kehutanan atas tanah-tanah yang dimiliki petani puluhan tahun dan akan diperparah dengan kehadiran tambang timah PT DPM kedepan.
Amdal tidak pernah menjamin keselamatan rakyat, berkaca dengan kasus Lapindo, Buyat dan kasus-kasus tambang di seluruh nusantara.
"Oleh karena itu kita harus berorganisasi dan bersolidaritas. Mungkin di Dairi hanya kita yang merayakan hari bumi. Bumi kita satu, dan rumah kita bersama. Jangan berkecil hati, ada kalanya kita di cap anti pembangunan, yang sesungguhnya masa depan lingkungan yang berkelanjutan ada ditangan kita dan sedang kita perjuangkan," kata Santun.
Baca Juga:
OTT di Bengkulu, KPK Amankan 8 Pejabat dan Sita Sejumlah Uang Tunai
Pada acara itu, Maradu Sihombing, petani dan pengelola gambir dari Desa Bongkaras, menyatakan akan terus berjuang dan melawan para penguasa dan pengusaha yang akan merusak lingkungan dan masa depan mereka.
Marolop Banurea, petani pemuda dari Pakpak Barat juga memberikan testimoninya, alam Dairi kaya potensi dan dapat diproduksi dengan berbagai produk turunan. [gbe]