Ia merasakan panggilan untuk mengabdi kepada negara sekaligus membantu sesamanya, bukan berangkat dengan semangat berperang.
Oleh karena itu, ia menolak menggunakan senjata dan bertekad tidak akan pernah membunuh siapa pun selama terjun ke medan perang.
Baca Juga:
Pidato Strategis Prabowo di SPIEF Rusia: Seruan Kedaulatan Pangan hingga Energi Bersih
Meski ingin menjadi petugas medis, Desmond tetap harus menjalani pelatihan militer dasar seperti prajurit lainnya.
Ia diizinkan untuk tidak mengikuti pelatihan senjata dan diberi kesempatan menghadiri gereja pada hari Sabat.
Di sisi lain, tidak semua orang menerima dan menghormati pandangannya. Desmond pernah dikucilkan, dilempari barang saat berdoa, dan terus diejek karena hanya dianggap sebagai beban.
Baca Juga:
Bupati Pakpak Bharat Hadiri Perayaan HUT ke-75 Kodam I/BB
Rekan-rekannya percaya bahwa seorang prajurit tanpa senjata sama saja tidak ada gunanya.
Desmond juga diintimidasi oleh komandannya yang menganggapnya pengecut dan berusaha menyingkirkannya dari unit.
Komandannya terus memberi tugas berat dan menyatakan ia tidak layak secara mental untuk menjadi prajurit Angkatan Darat.