Penulis: Devi Romauli Sianipar (Staff Yayasan Diakonia Pelangi Kasih)
WahanaNews-Dairi | Karena keterbatasan ekonomi, pendidikan yang ditempuh Saudur boru Sitorus berakhir di tingkat SMP.
Baca Juga:
Kalimantan Selatan Tuan Rumah, Ini Arti dan Makna Logo Resmi HPN 2025
Selain faktor ekonomi, Saudur masih memiliki 4 orang adik yang memerlukan biaya untuk sekolah. Pada masa itu, mengecap pendidikan hingga tingkat SMP, sudah sangat hebat.
Saat kecil Saudur bercita-cita menjadi seorang guru, karena dia ingin mencerdaskan kehidupan bangsa terkusus anak-anak.
Dia sangat senang jika anak-anak menjadi pintar dan memiliki pengetahuan yang luas. Ia sempat juga menjadi seorang guru honor disebuah Sekolah Dasar (SD). Mencoba melamar CPNS, Saudur tidak lulus.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Saat menjadi guru honor, biaya hidupnya tidak terpenuhi karena ia hanya memperoleh upah secara sukarela dan bahkan berbulan-bulan ia lalui tanpa digaji.
Seiring berjalannya waktu dia dinikahi seorang laki-laki yang sudah cukup lama menjalin hubungan dengannya.
Cita-cita yang Saudur impikan menjadi seorang guru di sekolah formal dengan status PNS, yang akan mencerdaskan kehidupan generasi bangsa, tidak dapat ia wujudkan.
Pun demikian, dia tak berkecil hati. Justru ia terpikir akan merealisasi impiannya dengan mengajari anak-anak yang ada di gereja saja, dengan menjadi seorang guru Sekolah Minggu.
Setelah menikah, ia mengabdikan diri menjadi seorang guru Sekolah Minggu di gereja GKPI dan menjadi seorang penatua. Pengabdian itu ia jalani selama 31 tahun.
Setiap hari Minggu, Saudur mengajari anak-anak sekolah Minggu yang ada di gereja GKPI Desa Bonian.
Dia sangat bersukacita bisa mengajari banyak anak menjadi anak-anak yang berguna. Memiliki sopan santun, serta menjadi anak-anak yang taat pada Tuhan dan anak-anak yang mencintai lingkungan serta menjaga kelestarian lingkungan.
Saudur juga memiliki kesempatan untuk menyampaikan firman Tuhan melalui khotbahnya pada saat ibadah Minggu. Saudur ditahbiskan menjadi seorang penatua di gereja GKPI sejak 19 Pebruari 1967.
Pelayanan yang ia lakukan membuatnya semakin dekat dengan Tuhannya. Setiap malam, ia selalu menyempatkan membaca ayat alkitab dan buku-buku teologi serta berdoa sebelum dia hendak beristirahat atau tidur.
Membaca menjadi sesuatu yang ia gemari. Berdasarkan pengakuannya, ia telah selesai membaca alkitab dari Kejadian hingga Wahyu.
Kebiasaannya mendalami firman Tuhan membuatnya menjadi seorang pribadi yang selalu mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.
Menurutnya, pelayanan yang ia lakukan merupakan sebuah pekerjaan yang mulia, karena melakukan pelayanannya dengan tulus, tanpa memandang upah atau imbalan.
Terkadang ia mengorbankan uang dari sakunya untuk keperluan pelayanan yang ia jalankan. Bahkan, hingga masa tuanya, ia masih berusaha melakukan pelayanan digerejanya.
Hingga pada akhirnya usia dan kesehatannya menurun membuat dia terpaksa harus pensiun dari pelayanannya. Kdia tidak mampu lagi berdiri lama dan berjalan dengan baik, saat memimpin ibadah ataupun menyampaikan firman Tuhan serta mengajari anak-anak sekolah Minggu (bersambung). [gbe]