Dairi.WahanaNews.co, Sidikalang - Proyek Horticulture Development Dryland Area Project (HDDAP) atau pengembangan hortikultura di daerah kering yang dikelola Kementerian Pertanian (Kementan), siap berjalan mulai 2024 – 2028 dengan alokasi dana mencapai Rp 1,87 triliun.
Kegiatan ini dibiayai pinjaman Asian Development Bank (ADB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan rantai nilai produk hortikultura di Indonesia.
Baca Juga:
Menginspirasi Generasi Z: Zizie, Mahasiswa dengan Semangat Berwirausaha
Keterangan Diskominfo Dairi, Jumat (29/3/2024), menyambut peluang besar itu, Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu didampingi Kepala Dinas Pertanian Kpp Dairi Robot Simanullang dalam beberapa kegiatan Kunjungan Kerja (Kunker) menegaskan kesiapan Kabupaten Dairi dalam mendukung proyek HDDAP ini.
"Soal kesiapan, dari 13 kabupaten yang terpilih se-Indonesia, Dairi salah satu yang paling siap, baik dari segi lahan, petani dan kelembagaannya, karena kita sudah punya koperasi yang nanti bisa kita giring sebagai off taker yang bergabung dalam Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP)," katanya.
Eddy menyebut Kabupaten Dairi memperoleh 606 hektar lahan yang tersebar di 5 Kecamatan yakni Sumbul, Pegagan Hilir, Sitinjo, Parbuluan dan Sidikalang.
Baca Juga:
Pesan Natal KWI dan PGI: “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem” (Luk 2:15)
Eddy berkeyakinan bahwa proyek HDDAP ini bisa menjadi masa depan petani dan pertanian Kabupaten Dairi.
"Melalui HDDAP ini bisa menjadi masa depan pertanian kita khusus hortikultura. Jangan salah, meskipun disini nanti ada kopi, bisa juga dilakukan tumpang sari dengan tanaman hortikultura didalamnya sebagai komoditi utama," kata Eddy.
Dijelaskan, proyek HDDAP akan berfokus pada pengelolaan lahan kering dengan prinsip konservasi tanah dan air untuk mencegah degradasi lahan yang bisa mengakibatkan lahan menjadi tidak produktif.
Ada 4 komoditi yang akan dikembangkan dalam program ini, seperti bawang merah, cabe merah, wortel dan sayur daun yang akan dikembangkan dalam musim tanam pertama, dimusim tanam kedua dan seterusnya dapat dikembangkan dengan komoditi hortikultura lahan kering lainnya.
"Tadinya kita ingin luasannya lebih besar, namun ketentuan dari Bank ADB itu diminta kemiringan lahannya tidak boleh lebih dari 15 derajat, maka ada beberapa lokasi yang tidak memenuhi syarat sehingga kita tidak ikutkan," kata Eddy.
Ditambahkan, mimpi kedepan, 15 kecamatan dengan 3 elevasi berbeda, yakni dataran tinggi, menengah dan rendah, projek ini ingin coba dikelola pemkab untuk komoditi hortikultura buah seperti durian, duku manggis dan yang lainnya dengan metode pengelola HDDAP.
Senada, Kadistan Kpp Robot Simanullang menjelaskan HDDAP ini adalah kerjasama Kementerian Pertanian dengan ADB, dan IFAD lembaga yang menangani pembiayaan bidang pertanian.
"Ya, seperti dijelaskan pak bupati tadi, kita dapat 606 hektar, dengan konsep bahwa HDDAP ini memiliki program kampung hortikultura. Ini adalah proyek investasi terpadu mulai dari hulu ke hilir yang semuanya dikawal yang biasa disebut agribisnis untuk menjadikan petani maju dan modern dan petani mandiri," kata Robot.
Konsep ini, jelas Robot, pada musim tanam pertama bibit dan pupuk akan disediakan dan dimusim tanam berikut serta 5 tahun berikutnya semua adalah swadaya petani, yang bisa diperoleh melalui skema KUR, bantuan pemerintah atau modal sendiri.
Petani tidak perlu khawatir, selama kurun 5 tahun itu tetap dilakukan pendampingan, penyediaan infrastruktur jalan, listrik, air, internet smart farming, kemudian yang paling menguntungkan adalah offtakernya sudah tersedia.
Disebutkan Robot, alasan pemilihan Dairi adalah karena keseriusan bupati usai melakukan presentasi didepan konsultan bank ADB tentang potensi hortikultura di Kabupaten Dairi sehingga mereka (ADB) menyatakan Dairi harus dapat.
"Kita dapat proyek ini karena kerja keras bupati melalui presentasi ditambah dengan potensi yang sudah dimiliki oleh Dairi sebagai sentra hortikultura di Sumatera Utara," kata Robot.
[Redaktur : Robert Panggabean]