Disana, selama 3 sampai 4 tahun, Rumahela berjalan, mempelajari apa sebenarnya permasalahan mata air di Indonesia.
"Karena sejak 2002 sampai 2020, pemerinyah, LHK dan PUPR menyatakan bahwa 40 persen adalah jumlah persentase mata air yang hilang di Indonesia," ujar Hinca.
Baca Juga:
Jakarta dan Kota-Kota Satelit Bersatu, Transformasi Besar di Depan Mata
Panglima Mata Mual kemudian memilih tempat di Cibedug Ciawi di Bogor, mengelola kurang lebih 5 hektar tanah, dengan menanam kurang lebih 50 ribu pohon, serta membibit sekitar 17 ribu pohon aren.
"Jangan harapkan dari kami produk-produk yang canggih, tetapi harapkan lah dari kami menanam pohon yang sebanyak-banyaknya. Karena setiap tetesan mata air adalah tanggungjawab kami terhadap negara," katanya.
Terkait hal itu, komunitas Rumahela yang berada di Huta Pangondian Simullop Pusuk Buhit membantu memberikan air suci dari 136 mata air yang sudah dijaga dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Baca Juga:
Jalan Langkat-Karo Kembali Tertimbun Longsor, Kendaraan Tak Bisa Melintas
Rumahela memberi tugas suci kepada Panglima Mata Mual untuk menemukan ratusan mata air yang tersebar di seluruh kawasan Sumatera Utara bahkan di seluruh Indonesia.
Air tersebut akan diserahkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai bahan utama untuk menyucikan Pataka, peralatan dan perlengkapan mereka dalam sekali setiap tahunnya.
Air dari 136 titik itu merupakan simbol persatuan dan keberlanjutan yang akan dipertemukan dalam festival wisata edukasi leluhur Batak 2024.