Kemudian, kata Henry, memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang) juga disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
“Selain itu, sebagai bentuk upaya pencegahan tambahan pencegahaan DBD ini yaitu memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Gotong royong membersihkan lingkungan juga perlu dilakukan, periksa tempat-tempat penampungan air, meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup, memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras. Kita juga harus memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancer dan menanam tanaman pengusir nyamuk,” katanya.
Baca Juga:
Pemkot Jakarta Barat Juara 2 Kategori Inovasi Karya Kehumasan di Ajang AHJ 2024
Henry, juga mengajak seluruh stakeholder terkait dan masyarakat Kabupaten Dairi, untuk bersama-sama melakukan upaya pencegahan DBD dengan 3M agar kasus DBD di Kabupaten Dairi tidak meningkat, demi kesehatan masyarakat.
"Kita akan himbau dengan menerapkan 3M, karena tindakan fogging saja pada DBD bukanlah menjadi solusi, namun demikian Dinkes Dairi akan tetap melakukan fogging di wilayah tempat tinggal penderita DBD. Untuk itu dibutuhkan informasi manakala ada masyarakat yang terkena DBD," katanya.
Diketahui, Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah bentuk demam berdarah parah, yang dapat mengancam jiwa. DBD adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Baca Juga:
Upaya Turunkan Tingkat Pengangguran, Pemkot Bekasi Buka Job Fair II 2024
Negara beriklim tropis dan subtropis beresiko tinggi terhadap penularan virus tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kenaikan temperatur yang tinggi dan perubahan musim hujan dan kemarau disinyalir menjadi faktor resiko penularan virus dengue. [gbe]