DAIRI.WAHANANEWS.CO, Sidikalang - Pihak SD Plus Ark Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, menanggapi polemik buku siswa yang viral di media sosial belum lama ini.
Penjelasan disampaikan Kepala SD Plus Ark Sidikalang Sherly Simbolon didampingi Ketua Yayasan Wandi Tambunan dan Plt Kadis Pendidikan Dairi Mariady Simanjorang serta Kabid Pembinaan SD Viddon Rajagukguk, di kantor Kasek SD Plus Ark Sidikalang, Selasa (9/9/2025).
Baca Juga:
Hari Pelanggan Nasional, PLN Dorong Electrifying Lifestyle Lewat Edukasi Kompor Induksi
Sebagaimana diketahui, seorang orangtua mantan siswa di sekolah tersebut mengunggah di akun facebooknya, bahwa anaknya diintimidasi oknum pimpinan sekolah karena menggunakan buku pelajaran bekas, milik kakaknya.
Terkait hal itu, Sherly membantah adanya intimidasi. Yang terjadi, si anak yang kurang bergairah belajar, karena buku yang dipakainya bekas tip-ex.
"Sejak tahun lalu, si adik memakai buku bekas dari abangnya. Di tip-ex -tip-ex, agar kosong, sehingga bisa diisi kembali. Si anak sering malu mengumpul ke depan. Tidak terlalu excited belajar karena pakai buku bekas itu," kata Sherly.
Baca Juga:
Badan Jalan Menuju Desa Pardomuan Dairi Rusak Parah
"Si anak mengeluhkan hal itu kepada wali kelasnya. Oleh wali, disarankan untuk menanyakan ke ibunya, agar dibelikan buku baru. Dimana ada intimidasi? Kalau anak terintimidasi, tentu tidak masuk sekolah," lanjutnya.
Terkait unggahan bahwa si anak sempat sakit diduga akibat intimidasi, Sherly juga membantah. Si anak masuk sekolah, sebagaimana biasa.
Ditambahkan, pihak sekolah selalu mengundang orangtua di awal tahun pelajaran maupun saat pembagian raport, berdiskusi, tentang perkembangan anak dan juga pembahasan aturan-aturan sekolah.
Demikian dengan ajaran baru pada bulan Juni 2025, pihak sekolah mengundang para orangtua.
Dalam rapat disampaikan bahwa anak didik perlu dibelikan buku baru. Para orangtua setuju, kecuali ibu si anak dimaksud.
"Hingga bulan Juli, tidak dibelikan bukunya. Tetap menggunakan buku bekas abangnya. Ditip-ex, agar dapat diisi ulang jawaban-jawabannya. Bahkan pilihan berganda pun di tip-ex," kata Sherly.
Belakangan, ibu si anak meng-wa- wali kelas, agar tidak menjadikan buku sebagai bisnis.
Pihak sekolah kemudian berulangkali mengundang si ibu untuk datang ke sekolah membicarakan hal itu, namun tidak direspon.
Surat undangan terakhir dipenuhi, namun dalam pembicaraan bersama kepala sekolah, tidak ada titik temu. Belakangan, si anak pun pindah dari sekolah itu.
Sherly menambahkan, pihak sekolah tidak pernah memaksakan agar anak didik membeli buku pelajaran untuk dipakai. Bahkan ada beberapa siswa yang digratiskan bukunya.
"Intinya komunikasi. Orangtua menyampaikan ke kami. Ada keluarga yang tidak mampu, bukunya kami gratiskan. Bahkan uang sekolah, ada juga yang membayar hanya 50 persen," tambahnya.
Sementara Plt Kadis Pendidikan Dairi Mariady Simanjorang dalam kesempatan itu menyampaikan, sesuai aturan sekolah swasta diberi kewenangan lebih, untuk menentukan aturan di sekolah.
Pun demikian, untuk mencegah terjadinya polemik serupa, pihak sekolah diminta untuk semakin intens mengadakan pertemuan dengan para orangtua siswa dan menjelaskan dengan detail terkait aturan-aturan di sekolah.
"Sehingga para orangtua benar-benar memahami peraturan di sekolah. Dengan demikian, kita harapkan kejadian seperti ini tidak terulang," katanya.
Ketua Yayasan Ark School Wandi Tambunan menambahkan, masalah yang belakangan viral itu akan menjadi bahan evaluasi, sehingga tidak terulang kemudian hari.
"Ini akan menjadi reminder untuk terus memperbaiki sekolah ini. Kami tidak berambisi menjadi yang terbaik, tapi setidaknya memberi warna untuk kemajuan pendidikan di Kabupaten Dairi," kata Wandi.
Turut hadir di acara itu, beberapa perwakilan orangtua siswa dan guru di sekolah tersebut.
[Redaktur: Fernando]