WahanaNews-Dairi | Rimso Maruli Sinaga memastikan dirinya akan ikut berkontestasi pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, 27 November 2024.
“Bersama rakyat, pantang menyerah, saya akan ikut Pilkada Dairi 2024. Tidak hanya balon, harus calon. Semoga Tuhan merestui untuk menang,” kata Rimso didampingi istri Meilati boru Pardosi kepada wartawan di Medan, Sabtu (4/3/2023).
Baca Juga:
Ahli Beri 6 Trik Redakan Otot Nyeri serta Tegang di Leher dan Bahu
Rimso tidak menampik adanya selentingan miring atas rencananya maju kembali di Pilkada Dairi 2024, pasca telah empat kali maju sebagai calon bupati.
“Nga opat hali hami maju calon bupati. Godang, kategori ni calon bupati, sahali pe talu, nga tor mago. Alai anggo au, masalah kalah menang, i Tuhan do na mangatur. (Sudah empat kali maju sebagai calon bupati. Banyak calon bupati, sekali kalah, sudah hilang. Bagi saya, kalah menang, itu Tuhan yang mengatur). Tapi perjuangan, itu urusan kita. Dang mungkin pasu-pasuon ni Tuhan hita molo so mangula (Tidak mungkin Tuhan memberkati, jika tidak kita upayakan),” ujar Rimso.
Sintua (penatua) di gereja HKBP Gedung Johor Medan itu mengutarakan, pada empat kali maju calon bupati, banyak pihak yang menuding dirinya maju karena didanai pihak lain. Juga, meminta uang mundur, serta asal-asalan maju sebagai calon.
Baca Juga:
Menpora Dito Dukung Kolaborasi The Dudas-1 dengan Program-Program Kemenpora
“Saya tanyalah dulu. Dari siapa minta uang mundur? Logika berpikir, siapa yang mau kasih uang mundur. Apa bodoh orang sana mau ngasih uang mundur? Inilah pembusukan yang tidak bertanggungjawab kepada saya selama ini,” katanya.
Rimso menyebut, justru menghabiskan banyak biaya pada pencalonannya. Namun, karena mengandalkan Tuhan, semua kerugian dapat tergantikan.
“Adong mandok, lam talu bupati, lam mamora (ada yang mengatakan, kalah bupati, justru semakin kaya). Puji Tuhan, itu memang saya alami. Kenapa? saya mengandalkan Tuhan. Ketika gagal, Tuhan ganti melalui pekerjaan, melalui usaha. Banyak cara Tuhan untuk mengembalikan uang yang habis itu,” katanya.
“Makanya apapun hasilnya, saya tidak mengeluh kepada tim, kepada masyarakat. Saya tidak menyalahkan siapapun. Saya hanya berserah kepada Tuhan. Berarti belum saatnya Tuhan pakai saya. Tapi di 2024, saya berdoa dari segenap jiwa raga saya, itulah nanti saatnya kita menjadi pemimpin yang rendah hati di Kabupaten Dairi," tambah ayah empat anak itu.
Pria kelahiran 20 Agustus 1968 itu menyatakan, siap pada pencalonannya di Pilkada 2024 nanti, termasuk dari sisi keuangan.
“Hepeng, nga pasti ikkon adong (Uang, sudah pasti harus ada). Keperluan logistik, akomodasi, sosialisasi, kampanye, pertemuan, transport, uang saksi, dan lainnya, membutuhkan biaya besar. Bisa Rp 10 miliar, Rp 20 miliar, sesuai keperluan. Perhelatan politik ini butuh cost. Undang-undang juga mengatur, harus punya dana operasional,” katanya.
Rimso menyebut, niatnya maju sebagai Bupati Dairi, untuk memberi pelayanan terbaik kepada masyarakat, dengan hati. Masyarakat butuh sentuhan yang terpogram untuk mengangkat kesejahteraannya.
“Saya ingin melayani. Saya ingin berbagi kasih kepada rakyat. Mengembalikan hak rakyat, untuk dilayani. Pejabat harus melayani, bukan dilayani,” katanya.
“Empat anak, dua laki-laki, dua perempuan, tiga sudah sarjana. Tinggal satu lagi, sekolah pendeta. Kalau hanya untuk kami (kekayaan), puji Tuhan, sudah lebih dari cukup. Tidak perlu lagi saya capek. Tetapi karena panggilan hati nurani untuk melayani masyarakat, maka timbul pantang menyerah. Sebelum Tuhan tutup perjalanan hidup ini, bagi saya tidak ada bahasa menyerah,” lanjut Rimso.
Sebagai orang beriman, kata Rimso, ia meyakini firman Tuhan yang tertulis di Matius 7 ayat 7 yang berbunyi “ Mintalah, maka akan diberikan kepadamu. Carilah, maka kamu akan mendapat. Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”.
“Ido menginspirasi au (itu menginspirasi saya), pantang menyerah. Manuktuhi roha ma au di Dairi, mangido ma au tu rakyat, hulului ma dalan, asa boi au gabe bupati na serep marroha, bupati na manghaholongi rakyat jala bupati pelayan ni rakyat (Mengetuk hati lah saya di Dairi, memintalah saya kepada rakyat, saya carilah jalan, agar dapat menjadi bupati yang rendah hati, bupati yang mengasihi rakyat serta bupati pelayan rakyat)," ujarnya.
Adapun beberapa program memajukan Dairi, kata Rimso, salah satunya dengan memaksimalkan pemberdayaan pengusaha lokal, sehingga uang tetap berada di Dairi, tidak ke luar daerah.
“Saya akan tantang pengusaha Dairi untuk berbenah, mempersiapkan dirinya, supaya menjadi pengusaha yang profesional, sehingga 95 persen proyek di APBD Dairi dikerjakan pengusaha setempat. Maka uang pun berputar di Dairi, tidak di luar. Yang 5 persen, bisa jadi untuk pengusaha luar, tergantung tingkat kesulitan, mungkin pengusaha Dairi belum mempunyai keahlian sampai ke situ, mungkin butuh kontraktor skala propinsi, nasional,” sebutnya.
Terkait hal itu, Rimso menyebut akan membuat MoU tertulis dengan pengusaha di Dairi. Sepanjang memenuhi aturan, proyek di Dairi harus dikerjakan pengusaha lokal. Maka, pengusaha lokal harus meningkatkan kwalitas.
Independen VS Partai Politik
Terkait “perahu” untuk maju sebagai calon bupati, Rimso menyebut mempersiapkan jalur Partai Politik (Parpol) dan jalur perseorangan (independen).
“Saya mempersiapkan jalur parpol dan perseorangan. Tidak tertutup kemungkinan jalur parpol, namun hati saya lebih besar ke independen. Mohon maaf, bukan mendiskreditkan partai. Tapi saya merenung, tujuan saya, membahagiakan rakyat. Kenapa saya nggak langsung ke rakyat itu, kenapa harus lewat partai? Bukan saya benci pada partai. Namun kalau partai, terbukti kan, 2018 ada tiga bakal calon di Dairi yang tidak dapat partai. Sudah sosialisasi maksimal, nggak dapat perahu,” katanya.
“Bukan berarti tidak ingin dari partai. Saya ingin. Tapi untuk memastikan bahwasanya akan maju 2024, saya juga harus siapkan dari jalur independen. Ketika nanti partai saya anggap dapat saya gapai, lewat partai. Tapi kalau saya lihat gelombangnya besar, ya kita kan tidak mau dihantam badai, kapal kita tenggelam. Pantang menyerah, kita siapkan sedini mungkin perahu yang diatur oleh undang-undang yaitu melalui jalur perseorangan,” tambahnya.
Ditanya wartawan adanya baliho dirinya di Sidikalang, Kabupaten Dairi, tercantum logo partai Demokrat, namun dicabut, Rimso mengatakan tidak mempermasalahkannya.
Dikatakan, ia pernah menjadi Dewan Pembina Partai Demokrat Propinsi Sumatera Utara. Sebelum pemasangan baliho, Rimso menyebut, telah bertemu dengan bagian Bappilu Demokrat dan Ketua DPD Demokrat Sumatera Utara Muhammad Lokot Nasution.
“Saya datang ke sana, saya tunjukan KTA saya sebagai orang Demokrat. Saya sampaikan, sudah bisa naik baliho? Ya, nggak apa-apa. Maka saya naikkan. Jika kemudian diturunkan, nggak apa-apa. Tadi saya sudah perintahkan, naikkan yang tanpa logo Demokrat,” sebutnya.
Rimso menambahkan, penurunan baliho itu bukan hal yang perlu ia pikirkan, dibanding dengan pengalaman perjuangannya pada pencalonan di tahun 2018.
“Semua lini mengeroyok saya, tapi tidak tumbang. Di tingkat kabupaten saya sudah digugurkan. Sebagai warga negara, diberi hak untuk menggungat. Saya pergunakan hak itu, melalui Panwaslu. Saya tidak ada gerakan demo-demo kan? Karena apa? Kalau saya gerakkan demo, yang rugi rakyat. Saya bukan tipe yang mengorbankan orang. Saya nggak sampai hati rakyat itu benturan. Makanya, saya tempuh jalur hukum,” kata Rimso.
“Di Panwaslu, juga saya ditolak. Kemudian, ada ruang diberikan undang-undang menggugat di PT TUN. Saya menang. Kasasi KPU-nya, sampai di Mahkamah Agung. Saya hadapi di MA, saya menang. Itu kepuasan tersendiri bagi saya, bahwa tuduhan-tuduhan yang mengatakan bahwa saya itu dimodali, tidak serius, cari uang mundur, hanya asal-asalan maju, tidak benar. Kenapa saya harus sampai ke MA berjuang? Kalau bukan petarung si RM (Rimso Maruli), nggak mungkin bisa menang di MA. Saya bisa memenangkan pertarungan itu secara terhormat,” lanjut Rimso memaparkan.
Ke depan, Rimso pun berharap agar masyarakat tidak mudah terprovokasi dengan isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, terlebih terkait Pilkada 2024. [gbe]