WahanaNews-Dairi | Kurikulum Merdeka mengubah paradigma para guru untuk membimbing, menyelamatkan, dan membahagiakan masa depan anak melalui pembelajaran yang berfokus pada siswa.
Hal itu sesuai dengan tuntutan pendidikan filosofi Ki Hajar Dewantara, bahwa guru berperan sebagai ingarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani yang berarti di depan sebagai contoh, di tengah sebagai pengarah, di belakang sebagai pendorong.
Baca Juga:
Sambut Masa Tenang Pilkada Jakarta, KPU Jakbar Gelar Panggung Hiburan Rakyat
Mengutip laman resmi Pemkab Dairi, hal itu disampaikan Fasilitator Guru Penggerak Linda Simbolon, saat menjadi narasumber dalam In House Training (IHT) pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka UPT SMPN 3 Sidikalang, Kecamatan Sidikalang, Kamis (20/7/2023).
“Kurikulum Merdeka akan mengakomodir dan mengenali kebutuhan belajar si anak. Dengan kata lain, dalam kurikulum merdeka kita akan melakukan assessment (evaluasi) untuk mengetahui sejauh mana minat dan bakat anak yang harus dikembangkan sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing,” ujarnya.
Untuk pengembangan selanjutnya, ujar Linda, penerapan kurikulum merdeka akan memberdayakan platform merdeka mengajar sebagai salah satu alat pembelajaran bagi guru yang berbasis digital.
Baca Juga:
Sekjen GEKIRA Partai Gerindra: Pemilukada Damai Bukti Rakyat Cerdas
Fitur belajar pada platform merdeka mengajar akan memberikan fasilitas pelatihan mandiri yang memberikan kesempatan kepada tenaga pendidik untuk dapat memperoleh materi berkualitas dengan mengaksesnya secara mandiri.
“Jadi kurikulum yang baik itu adalah kurikulum yang hidup dengan zamannya sekarang, yaitu era digitalisasi. Melalui kurikulum merdeka, guru akan diberikan kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan kompetensinya kapan pun dan dimana pun guru belajar,” katanya.
Selanjutnya, Linda menyampaikan penerapan kurikulum merdeka dalam mewujudkan merdeka belajar dan merdeka mengajar harus mengutamakan adanya kolaborasi.
Hal itu dikarenakan kurikulum merdeka bersifat konten, bersifat karakter, dan menanamkan nilai-nilai profil pelajar Pancasila dalam setiap prosesnya.
“Setelah kita lakukan bimtek pada beberapa sekolah di Dairi, maka sekolah-sekolah tersebut mulai melaksanaan kurikulum merdeka dengan memberdayakan karakteristik anak dan karakteristik lingkungan untuk pengembangan minat dan bakat anak didik,” katanya.
Sebelumnya, kata Linda, sekolah-sekolah di Indonesia sempat mengalami loss learning (menurunnya pengetahuan dan keterampilan secara akademis) akibat pandemic covid-19 yang mengharuskan siswa melakukan pembelajaran secara daring dalam waktu yang sangat lama yang juga berdampak bagi karakter anak didik.
“Dengan adanya kurikulum merdeka, diharapkan dapat menciptakan anak-anak Indonesia cerdas dan berkarakter Pancasila dengan sistem pembelajaran yang menyenangkan, interaktif, dan relevan dengan kondisi zaman saat ini,” ujarnya. [gbe]