“Dari Starbucks lah kita belajar dan mengetahui pembudidayaan kopi yang berkualitas, mulai dari pemilihan bibit hingga penanaman sampai proses pengolahan. Mereka sangat respons. Mereka juga sudah beberapa kali datang ke sini, melakukan pelatihan,” katanya.
Atas saran dari Starbucks, pihaknya membudidayakan kopi arabika varietas andung sari satu dan dua serta komasti. Bibit itu didatangkan dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) Jember.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Japirin menambahkan, pengelolaan BUMDes tersebut cukup baik. Pemerintah Desa membatu penyertaan modal hingga ratusan juta. Juga, melakukan lobby-lobby ke pemerintah pusat.
Baru terbentuk pada 2018, Bumdes Baja Dairi memperoleh bantuan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) sebesar Rp 51 juta. Anggaran itu digunakan untuk pembelian alat jemur, timbangan, karung, dan peralatan ringan lainnya.
Pada 2019, Kemendes PDTT kembali mengucurkan bantuan untuk Baja Dairi sebesar Rp 1,2 miliar, melalui program Pilot Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi Lokal (PIID-PEL). Anggaran itu untuk pembangunan rumah produksi kopi dan green house, beserta peralatannya. [gbe]