"Kita tahu, setelah malam itu lagu Indonesia Raya menyebar dengan cepat. Dalam keheningan perlawanan, lagu itu menjalar ke seluruh penjuru Nusantara—menembus sekat-sekat etnis, agama, bahasa, bahkan politik," imbuh Hinca.
Politisi Demokrat itu pun mengakui bahwa kalau hari ini kita mengenang Sumpah Pemuda, seringnya kita hanya terpaku pada tiga ikrar itu saja. Kita lupa pada satu biola yang berbunyi pelan di belakangnya.
Baca Juga:
Pembukaan Dojo KKI Tunas Si'mbisa Dairi, Danki C Yonif 125/Smb: Karate Membentuk Karakter dan Mental Juang
"Padahal, justru dari situlah kita belajar bahwa perubahan besar tidak selalu dimulai dari narasi besar. Kadang hanya dari satu keputusan kecil: memilih medium yang paling sesuai dengan hati nurani," katanya.
"Seperti Supratman, yang malam itu tidak ikut berdebat, tetapi memilih memainkan lagu. Sebuah cara yang tidak diduga siapa pun. Tapi berhasil membuat bangsa ini bergerak, dari malam yang gelap menuju cahaya pagi yang sedikit lebih terang," lanjut Hinca.
"Selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda, teman-teman. Semoga kita bisa menemukan medium lain seperti WR Supratman dengan biolanya, yang membawa bangsa ini terbang lebih tinggi, melangkah lebih jauh dan tumbuh lebih baik. Horas!" tutup Hinca.
Baca Juga:
Menuju Indonesia 2045, Ditjen Gatrik ESDM Perketat Evaluasi Lembaga Sertifikasi
[Redaktur: Robert Panggabean]