DAIRI.WAHANANEWS.CO, Sidikalang - Anggota Komisi III DPR RI Hinca Panjaitan mengucapkan selamat memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025.
Dalam unggahan di akun facebooknya, Hinca mengingatkan bahwa Sumpah Pemuda tidak lepas dari peran WR Supratman dan biolanya.
Baca Juga:
Tak Hanya Banjir, Hujan di Jakarta Kini Juga Bawa Mikroplastik Berbahaya ke Udara
"WR Supratman dan biolanya memang bukan bagian utama yang dicatat secara rinci dalam naskah-naskah sejarah resmi tentang Sumpah Pemuda. Tetapi di sela-sela rapat pemuda saat itu yang begitu keras berdiskusi soal konsep tanah air, bangsa, dan bahasa, kehadiran Supratman sebenarnya sesuatu yang sangat berbeda," tulis Hinca mengawali, sebagaimana dilihat WahanaNews.co, Kamis (30/10/2025).
Disebut, Supratman datang ke pertemuan 28 Oktober 1928 tidak membawa catatan orasi, melainkan membawa biola. Pilihan medium yang mungkin tidak lazim di forum politik yang sedang genting.
"Apalagi saat itu para pemuda sedang berusaha menemukan rumusan besar yang bisa menyatukan banyak perbedaan tajam antar suku," katanya.
Baca Juga:
Israel Luluhlantakkan Gaza Selama 12 Jam, 109 Warga Palestina Tewas Termasuk 52 Anak
"Maka biola itu pun dimainkan, membawakan lagu ciptaannya sendiri, yang kelak kita kenal sebagai Indonesia Raya," lanjutnya.
Dijelaskan, kata "Merdeka" dalam liriknya diganti agar lolos dari sensor Belanda yang waktu itu selalu berjaga-jaga. Kata "Mulia" dipakai sebagai pengganti.
Tetapi justru dalam kompromi kecil itu, maknanya malah makin menggema. Para pemuda yang hadir, tanpa perlu diberi tahu, tentu langsung paham apa yang dimaksud Supratman.
"Kita tahu, setelah malam itu lagu Indonesia Raya menyebar dengan cepat. Dalam keheningan perlawanan, lagu itu menjalar ke seluruh penjuru Nusantara—menembus sekat-sekat etnis, agama, bahasa, bahkan politik," imbuh Hinca.
Politisi Demokrat itu pun mengakui bahwa kalau hari ini kita mengenang Sumpah Pemuda, seringnya kita hanya terpaku pada tiga ikrar itu saja. Kita lupa pada satu biola yang berbunyi pelan di belakangnya.
"Padahal, justru dari situlah kita belajar bahwa perubahan besar tidak selalu dimulai dari narasi besar. Kadang hanya dari satu keputusan kecil: memilih medium yang paling sesuai dengan hati nurani," katanya.
"Seperti Supratman, yang malam itu tidak ikut berdebat, tetapi memilih memainkan lagu. Sebuah cara yang tidak diduga siapa pun. Tapi berhasil membuat bangsa ini bergerak, dari malam yang gelap menuju cahaya pagi yang sedikit lebih terang," lanjut Hinca.
"Selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda, teman-teman. Semoga kita bisa menemukan medium lain seperti WR Supratman dengan biolanya, yang membawa bangsa ini terbang lebih tinggi, melangkah lebih jauh dan tumbuh lebih baik. Horas!" tutup Hinca.
[Redaktur: Robert Panggabean]