Junimart membuat tanda di buku daftar pasien. Sering kali, ibunya "pusing" karena keluarga pasien mengklaim sudah bayar ke "si anak yang botak", padahal, pasien belum sembuh.
Atas kenakalan itu, Junimart pernah dihukum ibunya hingga ia kabur dari rumah. Pada kasus lain, ibunya mengeluh sering kehilangan uang dari lemari.
Baca Juga:
Solo Siapkan Strategi Baru jadi Kota Metropolitan
Sementara Juniver, paling rajin membersihkan rumah berikut dengan kain lap atau serpet.
Saudara mereka, Waldenius, kata Junimart, paling menikmati masa kecil. "Dimanja, tak pernah kerja keras. Belajar dan belajar terus. Kalau saya, berantem aja," ujar Junimart.
“Kalau saja ayah kami masih hidup, dia akan senang melihat kami, anak-anaknya," imbuh Junimart sembari menghapus air matanya.
Baca Juga:
Dokter Beri Saran Agar Penderita Penyakit Jantung Tidak Berolahraga Malam Hari
Junimart mengajak agar setiap insan berguna bagi sesama. "Ingkon na mora na boi daion. Otik alai tonggi," kata Junimart.
Pada kesempatan itu, Junimart dan Juniver meniup lilin, diikuti pembagian kue ulang tahun kepada istri tercinta dan menyuap ibunda mereka. [gbe]