Dairi.WahanaNews.co, Jakarta - Rampak Sarinah menganggap penting memperingati Gerakan Reformasi 98 terutama di saat erosi demokrasi.
Momentum peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) adalah momentum yang tepat memperingatinya, agar ada semangat menghentikan erosi demokrasi yang membelokkan amanat reformasi.
Baca Juga:
Tips Sehat Konsumsi Daging Kurban: Gunakan Rempah, Hindari Santan Berulang
Demikian disampaikan Ketua Rampak Sarinah Jakarta, Dhini M dalam kegiatan aksi sosial di patung kuda Jakarta, Selasa (21/5/2024).
“Di saat reformasi memasuki tahun ke-26, situasi darurat justru dialami rakyat baik di sektor publik maupun domestik,” kata Dhini.
Menurutnya, di sektor publik berhadapan dengan penggerusan demokrasi berupa menyempitnya hak kebebasan berekspresi, berorganisasi, maupun persekusi terhadap aktivis-aktivis HAM dan lingkungan.
Baca Juga:
Korupsi Pengadaan APD: Eks Pejabat Kemenkes dan Dua Direktur Dipenjara
Sementara situasi di keluarga juga memprihatinkan karena ada darurat KDRT, kekerasan seksual, perdagangan orang, angka kematian ibu dan anak yang tinggi, dan bencana alam serta kerusakan lingkungan yang memukul para perempuan dan anak.
“Indonesia gagal memberikan keamanan bagi perempuan, kekerasan berbasis gender di situasi yang mengenaskan," kata Dhini.
Selama aksi, Rampak Sarinah membuka spanduk berwarna ungu berisi tuntutan agar pemerintah memberikan keadilan bagi para perempuan dan rakyat miskin.
Dalam spanduk juga ada tuntutan pengesahan RUU PPRT sebagai salah satu upaya mewujudkan keadilan bagi para perempuan miskin berprofesi PRT.
“Undang-undang PPRT sudah 20 tahun digantung di DPR. Apa artinya kebangkitan nasional jika tidak ditujukan untuk memberikan keadilan bagi rakyat miskin?” keluh Dhini.
Rampak Sarinah berharap seluruh rakyat tidak apatis untuk memperbaiki keadaan. Semangat pergerakan nasional 1908, 1998 harus tetap dikobarkan untuk mewujudkan keadilan sosial melalui demokrasi ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.
[Redaktur: Robert Panggabean]