DAIRI.WAHANANEWS.CO, Sidikalang - Memperingati hari Pahlawan 10 November, Hinca Pandjaitan, anggota Komisi III DPR RI, menulis kenangannya terkait pahlawan.
Hal itu diunggah Hinca lewat akun facebooknya, dilihat WahanaNews.co, Senin (10/11/2025), sebagai berikut:
Baca Juga:
Skandal Kredit Fiktif Bank Mandiri Medan: 1 Tahun Lebih, Tersangka Belum Ditetapkan
Saya masih ingat, dulu dinding kelas di sekolah kami dihiasi banyak bingkai foto pahlawan. Foto-foto mereka menemani Presiden dan Wakil Presiden yang terpasang di utara kelas. Sampai akhirnya kami hapal nama-nama mereka.
Dulu, ketika kenaikan kelas atau perpisahan, tidak ada iuran yang aneh-aneh. Guru kami hanya meminta secara sukarela pada murid-muridnya untuk menyumbangkan foto pahlawan dengan bingkai yang baru.
Hari ini, saya akhirnya tahu, kenapa permintaan itu begitu sederhana. Ternyata guru-guru kami sedang membangun museum kecil di setiap ruang kelas.
Baca Juga:
Pahlawan dari Tanah Batak, Tuan Rondahaim Saragih Resmi Diakui Negara
Hanya dengan satu bingkai foto, satu wajah pahlawan, mereka membuat kami tumbuh di antara nama-nama yang pernah bertaruh nyawa.
Sekarang, setelah dewasa, saya sadar bahwa yang diwariskan guru kami bukanlah benda. Tapi keheningan. Semacam kebiasaan menunduk hormat kepada sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.
Hari ini, ada banyak superhero baru yang mengisi memori generasi ini. Bisa terbang, punya imunitas dan kekebalan, kecepatan kilat, berukuran raksasa, dan masih banyak lagi. Tidak ada yang salah dari itu. Setiap zaman punya caranya sendiri mencintai keberanian.
Tapi saya kadang membayangkan, bagaimana rasanya jika anak-anak hari ini masuk kelas dan masih menemukan wajah-wajah itu di tembok.
Bukan yang bisa terbang, tapi yang tetap duduk meski ditawari untuk menyerah. Bukan yang punya tameng baja, tapi yang tetap diam ketika disiksa karena tidak mau menyebut nama teman. Bukan yang melawan monster luar angkasa, tapi yang menolak mencium tangan kolonial walau tahu besok pagi akan ditembak.
Dan kalau boleh membayangkan mereka berkata sesuatu, barangkali para pahlawan itu kini hanya tersenyum, menatap kita yang tumbuh dari jejak mereka.
Lalu membisikkan satu penggal lirik lagu Feast yang berjudul Nina: "Tumbuh lebih baik, cari panggilanmu. Jadi lebih baik dibanding diriku."
Itu saja. Tidak minta dikenang. Tidak minta dibalas. Hanya berharap kita tidak lupa untuk hidup dengan arah, dan berjalan dengan benar.
Selamat hari pahlawan, teman-teman. Horas! #NggakAcciCeng
[Redaktur: Robert Panggabean]