DAIRI.WAHANANEWS.CO, Sidikalang - Anggota Komisi III DPR RI Hinca Pandjaitan mengemukakan pandangannya terkait filosofi ulos dan anak dalam suku Batak.
Dilihat WahanaNews.co dalam unggahan akun YouTube TVR Parlemen, Selasa (4/3/2025), menurut Hinca, ulos erat kaitannya dengan kelahiran seorang anak dalam suku Batak.
Baca Juga:
Erick Thohir Tunjuk Maroef Sjamsoeddin Jadi Dirut MIND ID, Ternyata Ini Alasannya
"Dahulu kala, di tempat kami di tanah Batak, di Sumatera Utara, di sekitar danau Toba yang sekitar 78 ribu tahun lamanya yang lalu, supervolcano terbesar di dunia yang menutup dua pertiga dunia, kami yakini melahirkan sebuah kehidupan baru," kata Hinca mengawali.
"Anggaplah disana bertemu seorang lelaki dengan seorang perempuan yang membangun sebuah rumah tangga dan kemudian meninggalkan ayah dan ibunya, maka dia memulai kehidupan baru," lanjutnya.
"Suaminya pergi mencari penghasilan, kesejahteraan, untuk dibawa ke rumahnya dan biasanya meninggalkan istrinya di rumahnya. Istrinya kemudian mengambil kesibukannya dengan menenun kain. Kami menyebutnya ulos," kata Hinca.
Baca Juga:
Dikhawatirkan Ciptakan Otoritas Sendiri, PIK 2 Dinilai Berisiko Jadi 'Negara dalam Negara'
Disebut di hampir seluruh masyarakat Indonesia ada ulos. Ada yang menyebutnya syal, ada yang menyebutnya tenun.
"Itulah sebabnya mengapa saya ke mana-mana menggunakan ulos ini. Saya akan menceritakan ulos ini dulu, karena kaitannya nanti dengan anak," kata Hinca.
Diuraikan, seorang istri akan menenun tenunannya, yang akan menghasilkan tenunan ini selama sembilan bulan lamanya.
"Ketika ia menenun, menggabungkan satu garis-garis benang menjadi benang yang banyak dengan warna-warninya, ia punya konsentrasi penuh bahkan menyampaikan doanya kepada sang pencipta agar selesai selama sembilan bulan ini," urainya.
"Sebab pada waktu sembilan bulan tiba, ulos ini telah selesai, dia percaya kandungannya akan melahirkan dan ulos itu akan dipakaikan untuk menggendong bayi yang dia tunggu itu," imbuhnya.
Dikatakan, dalam suku Batak, ulos itu disebut ulos mangiring.
"Mangiring itu dalam bahasa Indonesia namanya mengiringi kelahiran anak itu. Maka selalulah anak kemanapun dibungkus dengan kain ulos kecil dan kemudian digendongkan maka kemudian disebut namanya ulos mangiring," katanya.
Hinca mengatakan, kebiasaannya memakai ulos, karena ia percaya leluhur akan selalu menjaganya.
"Kalau saya memakai ini, saya percaya pada leluhur saya yang senantiasa mengiringi anak-anaknya, generasinya, dari waktu-waktu kemana saja," ujarnya.
"Itulah cerita mengapa ulos ini penting, karena doa terbaik kepada Tuhan sang pencipta, saya yakini adalah doa seorang ibu sambil menanti kelahiran anak yang dicintainya," tutup Hinca.
[Redaktur : Robert Panggabean]